Merawat Warisan, Melestarikan Bumi

Press ESC to close

Landschap Boengkoe dan Kepemimpinan Abdul Razak

  • Des 18, 2024
  • 2 minutes read
  • 74 Views

Pada tanggal 25 Oktober 1933, koran Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië melaporkan pengakuan resmi Abdul Razak sebagai bestuurder atau pemimpin di Landschap Boengkoe, yang berada di Kolonodale, bagian dari afdeeling Poso di Residentie Menado. Berita ini memberikan gambaran tentang pentingnya peran pemimpin lokal di tengah dominasi pemerintahan kolonial Belanda.

Boengkoe dalam Administrasi Kolonial

Dalam sistem kolonial Belanda, landschap adalah istilah yang digunakan untuk menyebut wilayah-wilayah kecil dengan sistem pemerintahan tradisional yang masih diakui, namun berada di bawah kendali pemerintah kolonial. Landschap Boengkoe termasuk dalam bagian wilayah administrasi Kolonodale, yang pada masa itu menjadi pusat pemerintahan kecil di bawah afdeeling Poso.

Kolaborasi antara pemimpin lokal seperti Abdul Razak dan pemerintahan kolonial menunjukkan bagaimana pemerintah kolonial menggunakan struktur kekuasaan tradisional untuk mempermudah kontrol wilayah.

Abdul Razak: Pemimpin Landschap Boengkoe

Pengakuan resmi Abdul Razak sebagai bestuurder dari Boengkoe menandakan peran strategisnya dalam menjaga stabilitas lokal. Abdul Razak dipercaya untuk menjalankan pemerintahan dengan tetap memperhatikan kebijakan kolonial. Penetapan ini menunjukkan bagaimana pemimpin adat atau lokal tetap dilibatkan dalam struktur administrasi pemerintahan kolonial.

Dalam konteks ini, Abdul Razak menjadi tokoh penting yang berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat Boengkoe dan pemerintah kolonial di Poso.

Kolonodale dan Poso: Wilayah Strategis

Wilayah Kolonodale, tempat Boengkoe berada, memiliki peran penting dalam peta pemerintahan kolonial di Sulawesi Tengah. Sebagai salah satu afdeeling di bawah Residentie Menado, Poso dikenal sebagai pusat administrasi yang memantau dan mengatur wilayah sekitarnya. Kolonodale sendiri menjadi titik penting dalam perdagangan hasil alam dan pengawasan wilayah-wilayah kecil seperti Boengkoe.

Dengan adanya pemimpin lokal yang diakui, seperti Abdul Razak, pemerintah kolonial dapat lebih mudah memastikan stabilitas dan penerapan kebijakan di daerah terpencil.

Makna Sejarah Boengkoe

Berita pengakuan Abdul Razak pada 25 Oktober 1933 memberikan gambaran tentang dinamika pemerintahan lokal pada masa kolonial. Wilayah seperti Boengkoe tidak hanya menjadi bagian dari struktur administrasi kolonial, tetapi juga tetap mempertahankan identitas tradisional melalui kepemimpinan lokal.

Pengakuan pemimpin seperti Abdul Razak menjadi simbol bagaimana kolaborasi antara pemimpin lokal dan kekuatan kolonial berjalan dalam kerangka pemerintahan Hindia Belanda.

Sumber:
Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië, 25 Oktober 1933.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.Bidang yang diperlukan ditandai *